Nggak Sembarang Orang Tepat Dijadikan Teman

Dulu saya pikir berteman itu nggak perlu pilah-pilih. Bertemanlah dengan sebanyak mungkin orang, bertemanlah dengan semua orang. Karena punya banyak teman itu seru. Ke sana-sini bisa ketemu teman.

Thanks to Chang Duong on Unsplash

Tapi seiring waktu, cara pikir saya berubah. Ternyata memilih teman itu penting. Nggak sembarang orang tepat dijadikan teman.

Kenapa?

Karena kita adalah cerminan dari siapa saja yang berada di dalam lingkaran pertemanan kita.

Sadar atau tidak, kita dipengaruhi oleh pergaulan kita.

Salah memilih teman, bisa mengakibatkan salah mengambil keputusan hidup.

Ada kasus kenakalan remaja karena berangkat dari pergaulan yang berisi teman-teman yang nakal. Seperti misalnya tawuran pelajar. Kalo bukan karena salah gaul, hal itu nggak mungkin terjadi.

Apa jadinya kalo kita berada di antara orang-orang yang hobi mengeluhkan hidupnya. Saling berlomba pamer bahwa hidupnya paling menderita di dunia. Lama-kelamaan kita akan terpengaruh untuk melakukan hal serupa: doyan mengeluh.

Apa jadinya kalo kita berada di antara orang-orang yang hobi pamer harta. Saling berlomba menunjukkan apa yang dipunya, apa saja pencapaian hidupnya yang bergelimang materi, liburan ke tempat wisata mancanegara. Bisa-bisa kita tertular 'virus' serupa: doyan pamer.

Apa jadinya kalo kita berada di antara orang-orang yang tulus? Yang masih murni. Yang prinsip hidupnya berbasis agama. Yang menyegerakan sholat berjamaah manakala adzan telah berkumandang. Apa iya, kita nggak ketularan rajin ibadah juga?

Pernah dengar pepatah kalo kita berkumpul dengan pedagang minyak wangi, maka kita akan ketularan wanginya? Kira-kira begitulah hidup yang saya tahu.

Sadar atau tidak, semakin kita bertambah umur, maka teman kita akan menyusut jumlahnya. Kenapa? Karena prioritas hidup kita makin jelas. Tentu saja kita nggak memprioritaskan nongkrong bareng teman sepanjang hari seperti di masa remaja dulu, karena ada tanggungjawab di rumah tangga, di keluarga, dan tanggungjawab memenuhi komitmen masa depan yang dicita-citakan.

Masa depan yang dicita-citakan nggak akan bisa kita raih dengan cara memperbanyak nongkrong sama teman. Main terus sepanjang waktu. Nggak bisa begitu, karena meraih impian dilakukan dengan fokus ikhtiar.

Di sisi lain, ketika kita lagi 'jatuh', ada orang-orang yang justru menjauhi kita. Tapi ada orang yang memilih menguatkan dan membantu kita untuk bangkit kembali. Orang yang membersamai kita itu layak dijadikan teman, tapi tidak dengan orang yang menjauhi kita.

Terimakasih udah membaca cerita saya hari ini.

Wiradesa, 5 Maret 2022

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi20lfnow3QxP3Kc-J97UjazD-A6Rmlw2zsWiEtWELV9fxwTi5ziEoaqksJpcNF5osZygSDl-dUUkv0iYgkarvFHqdTTy7n_hFdYLSDtzyXe4H6hhHEoSVRXuF_e6h-o-P7yo8ZoF0KCSLPG0n2mEKgZWL_-weYvfWWDQnUgspQxLuSAuVUz72nZFidrg=s16000
https://shp.ee/bpf6c9h
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhD0Eq7xBQ7tIFbIK7Q_ECgIN6RtBZmrjR9YqggvtcsZ1CoHXwNN9jIsBMKBq03Zya3OntDoqh5E-nEGOnJX7nKl6fpqanGh9_DJV1IqQCUl3UkdtugmLBieSak_Pq-ahg6VdfxcaSCLmJJob8e2ndhYblPOVR0ejd3wIC-6qGxS2rorSdmueB1gpkRzA=s16000
https://shp.ee/m8bycch
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhMHrequR_uiFqHUSPt2thla2lqOVUNoui7mo8a0RoSEJ11oovhPG4cQSxMs2ltpJ5FZcuZg59zkwasw7EWVTL7xyNLsB3KjN5wztNTU4ETP_K9wI9FjqeMfZr4becfFFc7xKjiLuIA9IBihgRbo98bVwbu_T09Lh6OZbG0PSN2aLK2q5ZKwyqPoMJn0Q=s16000
https://shp.ee/6p8qtih
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgjJ6RZa4pWp-Tb7MaMnnsm-M7-RX3ho3v0o2WMDZMWHpsjY8p-KGJwUw8n4Ip2mVIpAsDT6kFhsMd433EisJCycOjTTt0i_AzcctOSV_i5gxi94W-MrUQgLmsdg9sw2rAOlSSWnayIXB63EwI4H1HdExTGwYmtm4H5RgUN5sj1tWniSQQ7Qu6CODx5uw=s16000
https://shp.ee/uap8v7h
Lebih baru Lebih lama